Nostalgia Grup B, Kelas Tergila dan Terliar Dalam Sejarah Reli Dunia

KABARVIABOLA - Nostalgia Grup B, Kelas Tergila dan Terliar Dalam Sejarah Reli Dunia

Pecinta ajang reli pastinya tahu dengan kegilaan Grup B, tapi buat yang belum tahu rasanya harus tahu juga kenapa kelas ini dibilang paling liar dan penuh mobil plus pembalap yang 'sakit jiwa'.

Melihat aksi mobil-mobil Grup B diibaratkan melihat naga yang melesat kencang, terbang rendah, hingga menyemburkan api.

Hal inilah yang menjadi daya tarik penggemarnya yang enggak kalah gila dan bela-belain menonton dari jarak super dekat, malah kadang ada yang masuk ke lintasan.

Lalu apa itu Grup B?

Untuk mengetahuinya, marilah kita kembali ke tahun 1970-an ketika reli menjadi ajang pertaruhan gengsi pabrikan-pabrikan mobil saat itu.

Ajang kompetisi reli dimulai saat Federation Internationale de l'Automobile (FIA) mendirikan World Rally Championship (WRC) pada tahun 1973.

Enggak ada yang salah dengan ajang balapan reli saat itu, namun berada di bawah bayang-bayang balapan Formula 1 dengan organisasi Formula One Constructors' Association (FOCA) membuat Jean Marie Bellestre, presiden dari Fédération Internationale du Sport Automobile (FISA) berpikir perlu ada kelas baru untuk menarik produsen mobil.

Bisa dibilang perseteruan antara FOCA dan FISA inilah yang akhirnya melahirkan kelas baru dalam WRC yaitu Grup A (mobil produksi yang dimodifikasi), Grup B (sportscar modifikasi), dan Grup N (mobil produksi kelas standar).


Grup B inilah yang menjadi kelas paling liar karena peraturannya sangat minimal.

Enggak ada batasan bentuk mobilnya seperti apa, kasarnya mau bikin bentuknya segi lima atau seperti pesawat Star Trek pun diperbolehkan.

Beberapa peraturan yang wajib dipenuhi peserta Grup B hanya:

1. Kabin harus bisa memuat dua kursi saling bersisian dan enggak boleh beratap terbuka.
2. Berat minimal mobil ditentukan dari kubikasi mobil
3. Ukuran ban ditentukan dari kubikasi mobil
4. Sisanya BEBAS

Dengan peraturan cuma itu, produsen mobil berlomba-lomba membuat mobil-mobil gila dengan teknologi enggak masuk akal sehingga Grup B dikenang sebagai zaman keemasan reli.


Beberapa mobil yang terkenal di ajang Grup B seperti Audi Quattro, Lancia 037, Ford RS200, Peugeot 205 T16, dan masih banyak lagi.

Syarat lain untuk bisa ikutan berlaga di Grup B, mobil-mobil tersebut harus dihomologasi alias diproduksi paling tidak 200 unit.

Berbeda dengan Grup A yang minimal mobilnya harus dihomologasi 4.000 unit!

Maka jelas, ajang reli Grup B jadi dipenuhi mobil-mobil naga penyembur api yang beberapa punya performa melebihi mobil Formula 1 dengan tenaga 500 hingga 600 dk!


Setiap tahun, produsen mobil membuat mobilnya jadi makin kencang hingga sampai tahapan dimana kecepatan mobil sudah diluar nalar pembalapnya.

Walter Rohrl, legenda reli sampai berkata, "saking cepatnya mobil, otak kamu enggak bisa berpikir normal untuk mengendalikannya."

Zaman dulu, enggak ada traction control sehingga pereli modal skill buat mengendalikan mobilnya di lintasan.

Namun justru itulah pesona dari Grup B yang membuat ribuan penonton rela memadati jalur demi melihat langsung 'orang-orang sakit jiwa yang naik naga api' adu kencang hingga finish.


Mobil semakin kencang, otomatis menjadi semakin sulit dikendalikan dan otomatis kecelakaan pun makin sering terjadi di Grup B.

Beberapa kecelakaan ngeri seperti mobil yang terbang menabrak pohon, menyeruduk penonton, mobil jungkir balik, hingga terbakar sering terjadi.

Enggak cuma karena mobil yang makin kencang saja, kelakuan penonton pun makin enggak bisa ditolerir.


Ada yang sengaja berdiri di tengah trek, asal nyebrang demi sensasi adrenalin dikejar mobil reli, hingga ada yang iseng menaruh sesuatu di tengah trek yang membuat mobil terbalik.

Alasannya? Supaya saat mobil terbalik mereka bisa ikutan membantu balikin mobilnya lagi ke trek! Gak masuk akal memang.

Pembalap yang sekadar mau ikutan balapan Grup B saja sudah dianggap manusia sejati yang tidak kenal takut, otomatis yang mampu juara maka dielu-elukan sebagai pahlawan.


Satu nama yang cukup ikonik adalah Michelle Mouton, pembalap wanita yang disebut Niki Lauda sebagai Superwoman. Mungkin nanti GridOto akan bikin artikel soal dia nih... Tunggu saja ya.

Selain itu ada Walter Rohrl, Ari Vantanen, Juha Kankkunen, Attilio Bettega, Hannu Mikkola, Stig Blomqvist, dan masih banyak lagi.

Tapi ngomongin nama pereli yang paling memorable dari Grup B adalah Henri Toivonen.

Sebab karena meninggalnya Henri Toivonen, maka kegilaan Grup B akhirnya terkubur dan tinggal kenangan.


Kecelakaan Henri Toivonen terjadi pada tahun 1986 dan memang tahun itu adalah tahun paling gila karena banyaknya kecelakaan yang terjadi.

Sebelum kecelakaan Toivonen, ada sebuah insiden ketika pereli asal Portugal Joaquim Santos mengalami kecelakaan pada Stage Lagoa Azul karena kehilangan kendali dan menabrak penonton, tiga orang dilaporkan tewas.

Lalu pada bulan Mei 1986 di etape Tour de Corse inilah yang akhirnya membuat Grup B tutup buku.

Cuma berjarak 7 km dari garis start, Lancia 037 Henri Toivonen masuk ke jurang dan meledak.


Kecelakaan itu menghanguskan seluruh bodi mobil sehingga Toivonen dan navigatornya, Sergio Cresto, tewas di tempat.

Di etape yang sama setahun sebelumnya juga sudah memakan korban Attilio Bettega, pereli asal Italia yang sama-sama menggunakan Lancia 037.

Meninggalnya Henri Toivonen dan Sergio Cresto, kecelakaan Joaquim Santos yang menewaskan penonton, dan meninggalnya Mark Wyder di Ford RS200 pada tahun yang sama membuat FIA langsung gerak cepat.

Tahun 1987, seluruh mobil Grup B di-banned dan dilarang turun ke ajang balapan.


Yak, sejarah Grup B pun akhirnya tamat pada tahun 1987.

Apakah mungkin suatu saat bakal muncul kelas reli lagi seperti Grup B?

Reli Grup B dianggap sebagai sebuah hal yang absurd, terlalu memesona dan juga terlalu mematikan di saat yang sama sehingga tidak mungkin terjadi di dunia ini.

Oleh karena itulah, Reli Grup B enggak bisa dibanding-bandingin dengan Reli Dakar yang juga dikenal sebagai reli paling ganas di dunia dan masih digelar sampai sekarang.

Itu ibarat membandingkan nangka dengan durian, atau membandingkan semangka sama melon, atau pisang sama terong. Sama-sama buah, tapi ya... berbeda.